Masyarakat Memilih Kremasi Permintaan Bade Merosot

TABANAN – Pantaubali.com – Sejak Pandemi merebak membuat beberapa masyarakat lebih memilih prosesi pembakaran mayat dengan cara kremasi dari pada Ngaben.

Kondisi tersebut akhirnya berdampak ke usaha Bade atau Wadah yang disebut beberapa pelaku usaha Bade di daerah Kerambitan, Tabanan mengalami penurunan permintaan mencapai 50%.Selanjutnya berdampak ke pendapatan serta pengurangan tenaga kerja dalam proses pembuatan Bade tersebut.

Gus Genk seorang pelaku usaha Bade di Banjar Tengah, Kerambitan, Tabanan menyampaikan, tentu ada dampak ke usaha Bade akibat sebagian masyarakat lebih memilih proses kremasi dari pada Ngaben sejak pandemi melanda.

Baca Juga:  Sempat Dilaporkan Hilang, Warga Desa Bantiran Pupuan Ditemukan di Buleleng

“Memang selama pandemi sebagian memilih kremasi tersebut ketimbang ngaben,” jelasnya.

Sebelum Pandemi pesanan Bade lumayan sedangkan saat ini permintaan telah menurun drastis.

“Sebelum ada Pandemi lumayanlah pesananya akan tetapi saat ini menurun mencapai
50%an karena memang masyarakat terlihat lebih memilih kremasi sementara ini,” katanya.

Selanjutnya pelaku usaha Bade di Banjar Dinas Kukuh Kangin, Kecamatan Krambitan Made Buda Arta,Minggu,(9/1) menyampaikan, memang ada sedikit dampak dari penurunan permintaan bade dalam kondisi Pandemi.Sehinga kondisi tersebut berdampak ke pesanan Bade yang ikut menurun.

Baca Juga:  Sempat Dilaporkan Hilang, Warga Desa Bantiran Pupuan Ditemukan di Buleleng

“Efek dari kremasi memang ada penurunan permintaan ini (Bade),” ucapnya.

Sembari Dirinya menambahkan, untuk harga Bade ditawarkan mulai dari Rp 2 juta keatas.