Tembok Pembatas Dibangun Swadaya,Atasi Banjir 30 Tahun di Halaman Rindam IX Udayana Tabanan

TABANAN – Pantaubali.com -Kurang lebih 30 tahun banjir selalu menggenangi halaman Rindam IX Udayana di Kediri Tabanan setiap musim hujan datang. Dan selama itu juga belum bisa terselesaikan dengan baik penangananya.

Koordinasi terkait permasalahan tersebut telah dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan,BPBD dan Dinas PU Kabupaten Tabanan sempat datang melihat langsung kondisinya.

Setelah dilakukan peninjauan maka,rencananya akan dianggarkan di tahun depan (2021) untuk pembangunan drainasenya.Drainase nantinya akan dilakukan dengan membangun gorong-gorong di bawah jalan utama.Jadi, di atas jalan raya di bawahnya alur air.

“Saya sudah hitung. Selokan kira-kira sepanjang 300 meter saja,” kata Komandan Resimen Induk Kodam (Danrindam) IX Udayana Bali Kolonel Inf. Joao Xavier Barreto Nunes,Rabu,(2/12) saat ditemui di Rindam IX Udayana di Kediri Tabanan.
Akan tetapi,sebelum hal tersebut diujudkan Komandan Resimen Induk Kodam (Danrindam) IX Udayana Bali ini telah menyelesaikan permasalah banjir tersebut.Yaitu dengan cara membangun tembok pembatas antara Kompleks Rindam dengan pemukiman warga yang lokasinya bersebelahan dengan rumah anggota dan lapangan latihan bagi prajurit.

“Puncaknya terjadi pada 10 November 2020 lalu. Saat itu hujan lebat kurang lebih sehari semalam. Banjir melanda pemukiman anggota dan fasilitas latihan TNI. Air sampai sepinggang orang dewasa. Saya terjun langsung. Dalam sehari saya sampai tiga kali ganti pakaian karena harus terjun ke tengah banjir,” bebernya.

Baca Juga:  Desa Pejaten Kediri Kembangkan Wisata Naik Perahu Susuri Sungai

Dirinya lanjut menceritakan,sebelumnya saat hujan lebat semalaman, maka tepat pukul 05.00, hari bersama beberapa anggota melakukan pengceka lokasi. Air sudah berada di pinggang.

‘Sumbernya ternyata berasal dari pemukiman warga, yang tidak memiliki drainase. Aliran air dibiarkan masuk ke kompleks Rindam,” ucapnya.

Maka dari itu,pembangun tembok pembatas antara Rindam dengan pemukiman warga.Tembok dengan panjang hampir 100 meter lebih itu dibangun secara swadaya. Saat membangun ada yang sumbang semen, ada yang sumbang pasir, batu, makanan dan sebagainya.

“Saya tanya sama masyarakat-masyarakat Rindam atau warga saya bahwa selama 33 tahun, yang tinggal di sini mereka katakan setiap tahun langganan banjir. Solusinya saya membangun pagar,” katanya.

Baca Juga:  Silaturahmi ke PDI Perjuangan Tabanan, Golkar Diajak Makan Siang Bersama

Namun saat bangun pagar tembok, banyak protes terutama warga sekitar. Ratusan warga demo. Sebab, saat hujan untuk kali berikutnya, giliran pemukiman warga yang kebanjiran.

Pertemuan akhirnya dilakukan intinya membahas saat hujan agar air tidak menggenangi rumah warga. Aspirasi warga diterima.

“Akan tetapi,persoalan utamanya adalah di pemukiman warga tidak ada saluran air. Dan alur air dialihkan mengarah ke kompleks Rindam IX Udayana. Tembok dibangun untuk pembatas dan alur air dikembalikan ke tempat semula,”cetusnya.

Baca Juga:  Permintaan Genteng Pejaten Masih Tinggi, Produksi Terkendala Bahan Baku

Ternyata setelah ditelisik, banyak alur air ditutup untuk pemukiman. Setelah dijelaskan, masyarakat akhirnya memahami hal tersebut dengan baik.

“Intinya kita cari jalan keluar bersama-sama. Masyarakat di pemukiman juga adalah warga saya, mereka adalah warga negara Indonesia maka,mereka juga adalah warga saya juga. Sementara anggota saya juga jangan sampai jadi korban dalam hal ini,” tutupnya.