Penerapan Arsitektur Bali Dibagunan Milik Swasta,Dinilai Kurang

DENPASAR – Pantaubali.com – Penerapan arsitektur tradisional Bali khususnya pada bangunan milik swasta dinilai masih kurang diterapkan dengan baik.Padahal jika berbicara amanah peraturan daerah wajib dan tidak ada kata lain lagi di luar artsitektur Bali.

“Melihat hal tersebut bisa disebut di Bali masih tidak konsisten lagi dalam penerapan Perda terkait arsitektur Bali tersebut. Perda dalam hal ini telah ada dan juga telah diatur.Apakah dalam bentuk mulai itu warna,wujud,strukturnya,ornamen dan lain-lainya,” jelas Guru Besar Program Studi Aritektur Fakultas Teknik,Universitas Udayana (Unud),Prof.Dr.Ir.Putu Rumawan Salain. M.Si., IAI, saat di konfirmasi via telephone,Minggu,(31/1) di Denpasar.

Perda berkaitan dengan arsitektur tersebut merupakan salah satu wujud dari karya budaya.Sehinga,penguatan Budaya tentu menjadi penting terutama muatan-muatan dipegang oleh arsitektur.

Baca Juga:  WNA Perempuan Asal Belarus Tewas Tertabrak Bus di Jalan Sutomo

“Padahal semua orang pasti berangapan bahwasanya identitas tersebut penting.Dengan demikian tentu identitas ke Baliannya akan tampak dari artsitekturnya apapun bangunanya. Jadi tidak khusus di kantor pemerintahan saja,” ujarnya.

Jika dievaluasi saat ini memang sebagian besar pembangunan masih dibiayai Pemerintah menjadi contoh nuasa penerapan artsitektur tradisional Bali.Akan tetapi, mengapa di bangunan-bangunan milik swasta masih belum mengindahkannya terlihat sampai saat ini.

Baca Juga:  WNA Perempuan Asal Belarus Tewas Tertabrak Bus di Jalan Sutomo

“Tentu hal tersebut masih menjadi masalah menurut saya.Padahal jika dilihat telah ada pemerintah memberikan ijin bangunan,kenapa bisa lalai terkait dengan hal tersebut,” ucapnya.

Dalam penerapan hal ini maka, berbicara ruang,ruang berbicara rasa.Jadi arsitekrur tradisional Bali tentu akan mencerminkan kearifan lokanya.

“Jangan lupa bahwasanya manusia dibentuk karena ruang,” cetusnya.

Dalam hal ini bukan ingin kembali kemasa lalu akan tetapi, bisa dilihat dari kaidah-kaidah,makna-makna atau teradisi yang masih relevan.Khususnya dalam membentuk jiwa dan raga atau moral masyarakat Bali.

Baca Juga:  WNA Perempuan Asal Belarus Tewas Tertabrak Bus di Jalan Sutomo

“Jangan sampai meningalkan kaidah-kaidah teradisi yang telah ada.Jangan sampai hilang ciri identitas menjadi kebangaan kita sendiri.Memang arsitektur tersebut akan berubah dan berkembang, akan tetapi yang berubah dan berkambang ini perlu diberikan pemaham-pemahaman baru,” paparnya.

Sembari Dirinya menambahkan, jika dilihat dari kekuatan politik Bapak Koster saat ini dan beliau juga berbicara one management.Setidaknya management arsitekturnya seharusnya tidak akan ada masalah saat ini maupun yang akan datang.