Februari 2022 Bali Mengalami Deflasi -0,44%

DENPASAR – Pantaubali.com – Februari 2022, Provinsi Bali mengalami deflasi -0,44% (mtm), setelah bulan sebelumnya mencatat inflasi 1,03% (mtm). Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar dan Kota Singaraja masing-masing sebesar -0,36% (mtm) dan -0,84% (mtm).

Perkembangan tersebut disebabkan oleh deflasi pada seluruh komponen barang dan jasa, dengan deflasi terdalam terjadi pada kelompok volatile food, diikuti oleh komponen administered price dan core inflation.

“Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,31% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 2,06% (yoy),” jelas, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, belum lama ini di Denpasar.

Baca Juga:  Triwulan I 2024, Kunjungan Wisatawan ke Bali Capai 1,3 Juta Orang

Komponen volatile food pada Februari 2022 mengalami deflasi sebesar -2,45% (mtm), terutama didorong oleh penurunan harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit. Penurunan harga minyak goreng tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam menjaga kestabilan harga melalui kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku mulai 1 Februari 2022. Sementara itu, penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh kembali normalnya permintaan pasca Tahun Baru.

Kemudian, komponen administered price mencatatkan deflasi sebesar -0,16% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi harga pasca Tahun Baru.

Baca Juga:  Antisipasi Kejahatan Malam Hari Lebaran, Polda Bali Intensifkan Blue Light Patrol

“Komponen core inflation juga mengalami deflasi sebesar -0,02% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas canang sari,” ucapnya.

Selanjutny, penurunan harga juga terjadi pada canang sari terjadi akibat dari normalisasi harga pasca beberapa rangkaian upacara keagamaan yang banyak berlangsung pada Januari 2022, diantaranya Hari Siwa Ratri, Saraswati, Kajeng Kliwon dan Tumpak Kandang, di samping upacara rutin Purnama dan Tilem.

“Ke depan, inflasi tahun 2022 diperkirakan akan lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2021, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 3±1%. Pada Maret 2022, terjadinya Hari Raya Nyepi diperkirakan meningkatkan permintaan untuk kelompok bahan makanan dan canang sari, sehingga berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi. Sementara itu, seiring dengan semakin pulihnya permintaan masyarakat, tekanan core inflation diprakirakan akan meningkat secara bertahap,” paparnya.

Disisi lain, tren kenaikan harga energi di pasar global diprakirakan masih menjadi sumber tekanan inflasi pada komponen administered price 2022. Sembari Trisno menambahkan, sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah akan senantiasa memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok dan keterjangkauan harga untuk menjaga stabilitas inflasi di Bali.