Canang Sari,Salah Satu Penyumbang Inflasi Bali

DENPASAR – Pantaubali.com – BI Bali sebut kelompok barang core inflation mencatat inflasi sebesar 0,35% (mtm), terutama disebabkan oleh naiknya harga canang sari itu disampaikan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho di Denpasar.

“Peningkatan harga canang sari seiring dengan meningkatnya frekuensi upacara keagamaan sepanjang September 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi masyarakat Bali,” katanya.

Selanjutnya inflasi Provinsi Bali tercatat sebesar 0,10% (mtm), relatif stabil dibanding bulan sebelumnya yang juga mencatatkan inflasi sebesar 0,10% (mtm). Secara spasial, inflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,19% (mtm), sementara Kota Singaraja mengalami deflasi sebesar -0,45% (mtm).

Baca Juga:  Toko AC hingga Rumah di Kesiman Hangus Dilalap Si Jago Merah

Peningkatan tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation, sedangkan kelompok administered price dan volatile food tercatat menurun. Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 1,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,19% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,60% (yoy).

Kemudian ada juga beberapa harga kebutuhan pokok lainnya seperti,pipa dan baju kaos berkerah juga tercatat mengalami peningkatan harga.Secara tahunan, core inflation September 2021 tercatat sebesar 0,78% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,65% (yoy), terutama terjadi peningkatan komoditas canang sari.

Baca Juga:  Seniman di Desa Delod Peken Tabanan Hasilkan Cuan dari Lukisan Bakar

Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar 0,10% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada harga angkutan udara seiring dengan minimnya aktivitas penerbangan ke Bali selama periode PPKM di bulan September 2021.

“Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,08% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,12% (yoy), terutama terjadi peningkatan komoditas rokok kretek filter,” ucapnya.

Serta untuk kelompok barang volatile food juga mengalami deflasi sebesar 0,78% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit, bawang merah, tomat, dan beras seiring dengan terjaganya pasokan yang didukung oleh panen di berbagai daerah sentra produksi.

Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 5,87% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 5,18% (yoy), terutama terjadi peningkatan komoditas daging ayam ras, minyak goreng, daging babi dan ikan tongkol diawetkan.

Baca Juga:  Tekan Inflasi, Tabanan Gelar Operasi Pasar di Sepuluh Kecamatan 

“Bank Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil. Meskipun demikian, program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif) oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap terus didorong, terutama melalui digitalisasi UMKM pangan, Kerjasama Antar Daerah, digital farming, dan e-commerce,”tutupnya.