Busana “Thrifting” Digandrungi Anak Muda, Yuk Intip Keuntungan Bisnis Ini

Penjualan baju bekas di salah satu thrift shop di Tabanan.
Penjualan baju bekas di salah satu thrift shop di Tabanan.

PANTAUBALI.COM, Tabanan – Berbelanja pakaian bekas bermerek (branded) dengan harga miring atau istilah kerennya thrifting menjadi trend di kalangan anak muda sekarang ini.

Tak heran, lapak baju bekas atau thrif shop kian menjamur di Indonesia, termasuk di Kabupaten Tabanan, Bali.

“Thrift itu sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi semenjak pandemi Covid-19, trend berpakaian bekas kembali muncul di kalangan remaja” kata pemilik Precious Project, Made Wantiani saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga:  Bupati Tabanan Ngupasaksi Karya Ngenteg Linggih Pura Sang Hyang Landu 

Wantiani menuturkan, baju-baju bekas didatangkan langsung dari luar negeri seperti Korea dengan kisaran harga Rp 4-9 juta untuk satu bal.

Wantiani mengaku menjual baju bekas dengan membuka toko fisik maupun secara daring di media sosial dan marketplace.

“Kemeja dan kulot menjadi model pakaian yang paling dicari oleh kaum remaja,”tuturnya.
Untuk memulai sebuah bisnis thrift shop, Wantiani menyebutkan modal yang dibutuhkan sebesar Rp200 ribu dengan mengambil paket usaha dari supplier pakaian bekas.

“Kalau dari awal banget modalnya sekitar Rp200 ribu. Usaha ini sudah berjalan satu tahun dengan rata-rata omset penjualan sekitar Rp100-150 juta sebulan. Keuntungan yang didapat 10% sampai 30%” katanya.

Baca Juga:  Libur Lebaran, Polres Tabanan Tingkatkan Pengamanan Objek Wisata

Ia menilai bisnis thrift shop ini sangat menjanjikan karena digemari oleh semua kalangan terutama kaum remaja yang selalu ingin tampil menarik dengan model baju kekinian dan berbeda dari yang lain. (ANA)