Ratusan Bangkai Burung Pipit Mati di Gianyar,Ini Kata BKSDA Bali

DENPASAR – Pantaubali.com -Adanya video menampilkan ratusan bangkai burung Pipit di makam di kabupaten Gianyar.Menurut Kepala Seksi Wilayah 2, BKSDA Bali,Sulistyo Widodo,,Bksda Bali dan Resort Gianyar telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar dan bersama-sama memeriksa lokasi terletak di Desa Pering, Kecamatan Blabatuh, Gianyar Bali dan mendokumentasikan, dan juga mengambil sample bangkai burung dan kotoran burungnya untuk dibawa ke Laboratorium Kesehatan Hewan guna mencari tahu penyebab kejadian tersebut.

Tim kemudian menguburkan seluruh bangkai burung untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.Namun sembari menunggu hasil dari Laboratorium, ada beberapa hal dapat disampaikan sebagai pendahuluan.Kejadian tersebut bukan yang pertama di Bali ataupun bukan pertama di Indonesia.

“Di Bali dalam lima tahun terakhir juga pernah ada kejadian di area Sanglah Kota Denpasar dan di Selemadeg, Tabanan dan juga di Sukabumi,Jawa Barat Juli tahun 2021 lalu pernah terjadi,” jelasnya,Jumat,(10/9) di Denpasar.

Baca Juga:  Longsor Tutup Akses Jalan di Banjar Pinge Marga

Adapun beberapa penyebab mengapa sekelompok burung tersebut mati kemungkinan,Karena burung pipit ini satwa koloni yang hidup berkelompok dalam jumlah besar. Ukuran burung yang kecil menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi resiko terhadap predator,termasuk saat beristirahat pun bergerombol. Biasanya di satu pohon yang besar bisa sampai ribuan burung.

Dirinya menjelaskan,Mengapa burung-burung tersebut dapat mati secara mendadak.Hal tersebut harus dibuktikan secara scientific melalui proses otopsi dari bangkai dan kotoran burungnya.

Baca Juga:  Empat Orang Pendaki Tersesat di Gunung Sanghyang

“Namun, ada beberapa kemungkinan yang terjadi seperti,Burung burung tersebut memakan pakan yang terkontamisasi atau tercemar atau mengandung herbisida dan atau pestisida yang sifatnya toxic bagi burung. Setelah memakannya, tentu burung tidak langsung mati, karena proses toxifikasi juga memakan waktu untuk sampai tingkatan mortalitasnya. Kemungkinan besar saat burung burung tersebut beristirahat malam. Dan paginya bangkai burung berserakan. Jadi bukan akibat lokasinya di makam/setra,” paparnya.

Selanjutnya,kemungkinan kedua adalah tertular penyakit tertentu. Mengingat burung pipit hidupnya berkoloni dalam jumlah besar, maka penularannya akan cepat. Sehingga angka kematiannya jiga dalam jumlah besar. Bisa juga akibat virus atau penyebab yg lan yang harus dibuktikan dengan analisa bangkai dan analisa kotoran burung.Akibat ada perubahan drastis iklim. Contoh gampang dapat dilihat adalah, matinya ikan Koi di kolam terbuka saat hujan pertama kali turun, atau matinya ribuan ikan dalam keramba akibat adanya upwheeling endapan bahan kimia, atau cuaca panas dan kemudian tiba-tiba turun hujan.

Baca Juga:  Pj. Gubernur S.M. Mahendra Jaya Paparkan Pendapat terkait Raperda Kemudahan Investasi dan Pengarusutamaan Gender

Misalnya saja, cuaca di Bali sedang panas, saat burung-burung beristirahat malam, tiba-tiba hujan lebat turun, suhu dan kelembaban udara berubah drastis, burung kaget, stress, dan kemudian mati massal.

“Ingat tingkat stress pada satwa sangat potensial menjadi penyebab mortalitas massal.Atau sebab lain yang kita belum tau,” pugkasnya.