Gali Potensi Desa, Munduk Ulan Lirik Sektor Kerajinan,Adat dan Tradisi

TABANAN – Pantaubali.com – Dalam upaya menggali potensi desa agar mampu memberi kontribusi nyata baik bagi kesejahteraan warga maupun kemajuan desa secara umum.

Tentu hal tersebut membutuhkan kejelian memilih dalam mewujudkanya.Jika digali lebih jauh hampir sebagian desa di Kabupaten Tabanan memiliki potensi yang potensial salah satunya, potensi desa dimiliki Desa Munduk Ulan,Tegal Mengkeb, Selemadeng Timur, Tabanan mulai dari pengembangan kerajinan batok kelapa sampai dengan warisan tradisi nenek moyang unik hanya ada didalam pelaksanaan piodalan tertentu saja di Trikayangan Desa saja,itu disampaikan Jero Bendesa I Ketut Sandi, kemarin (Selasa,(20/4).

“Jika dilihat dari potensi desa kami di sini (Desa Munduk Ulan,Tegal Mengkeb, Selemadeng Timur) mulai memiliki kerajinan hinga peninggalan tradisi unik dalam pelaksanaan upkara warisan dari dahulu,yang sampai saat ini tetap dilestarikan dengan baik,” jelasnya.

Untuk potensi kerajinan berupa batok kelapa meskipun di tengah Pandemi dinilai masih mampu berproduksi dan dilakoni dengan konsisten oleh beberapa warga di Desa Munduk Ulan.Produk dihasilkan beragam mulai,mangkok, tempat bumbu dapur, tepat kopi dan beberapa jenis produk aneka pernak-pernik di Dapur lainnya mampu diujudkan hanya dengan berbahan baku batok kelapa.

“Ada beragam produk telah dihasilkan dari kerajinan ini serta sampai saat ini masih mampu diproduksi dengan menghasilkan berbagai macam bentuk yang lebih kreatif lagi,” ujarnya.

Baca Juga:  Rakor Ops Ketupat Agung 2024, Tabanan akan Siagakan 554 Personel Gabungan dan Bangun Pos Pengamanan

Selain produk berbahan baku batok kelapa produk juga dipadukan dengan bahan kayu seseh serta bambu.Dengan kreatifitas tersebut akhirnya produk-produk dihasilkan semakin diminati pasar.Untuk pemasaran sampai saat ini masih menjalin kerjasama dengan beberapa rekanan Art Shop selain melakukan pemasaran secara mandiri.

“Produk dari kerajinan tersebut mampu menembus pasar eksport mulai ke Amerika,Jepang bahkan ke negara Eropa dengan pesanan pernah mencapai ribuan pcs dalam sekali pesan,” bebernya.

Adanya peluang tersebut tentu sumber daya manusia di Desa sedikit tidaknya akan mampu terserap ditengah Pandemi.

Selanjutnya potensi lain kiranya akan mampu dijadikan sebagai daya tarik dibidang adat,tradisi dan budaya yaitu, Tari Joged Sakral Dewa Dewi yang mana Joged Sakral Dewa Dewi tersebut hanya ditarikan saat pujawali atau di odalan jelih dekat purnama di Tri Kahyangan Desa saja dan penarinya tidak sembarangan berdasarkan petujuk niskala atau ditunjuk oleh Ida Betara sesunan.

Baca Juga:  Menjelang PPDB, Komisi IV DPRD Tabanan akan Koordinasi dengan Disdik

“Penari tidak sembarangan, hanya bisa ditarikan oleh seorang Gadis belum menikah saja dan para penari juga ditunjuk tidak sembarangan atau ditunjuk secara niskala.Penari tersebut nantinya secara bergantian akan menari memakai gelungan Joged saat Ida Betara tedun,” ujarnya.

Selain itu, busana digunakan para penari dalam Joged Sakral Dewa Dewi tidak seperti tari joged pada umumnya melainkan menggunakan kain hanya berwarna putih dan kuning saja.

“Busana tari para penari bisanya dinominasi oleh kain berwarna putih dan kuning saja,” ucapnya.

Tari sakral tersebut juga diiringi dengan gambelan atau tabuh tidak seperti tari joged umumnya akan tetapi, dengan tetabuhan khusus juga.

“Tidak diiringi dengan tetabuhan bambu melainkan diiringi dengan tetabuhan dari gong perungu,” cetusnya.

Baca Juga:  TP PKK Tabanan dan Provinsi Bali Berkolaborasi Atasi Stunting

Selanjutnya ada juga keunikan lain dari Joged Sakral Dewa Dewi tersebut yaitu,para pengibing hanya boleh dilakukan oleh kalangan Mangku dan juru Sungi saja atau masyarakat biasa tidak diperbolehkan sama sekali.

Kemudian di Munduk Ulan juga memiliki kesenian unik lainya peningalan dari dahulu dan sampai saat ini masih tetap dilestarikan dengan baik oleh warga desa yaitu, adanya seka Ketungan beranggotakan para Ibu-Ibu rumah tangga dan Ketungan tersebut juga tidak sembarang ditabuh yang hanya ditabuh saat adanya pelaksanaan upkara tertentu saja.

“Ketungan ini lima tahun telah lalu kami bangkitkan kembali karena merupakan warisan nenek moyang yang memang harus tetap dilestarikan dengan baik,” sebutnya.

Adapun jumlah seka Ketungan sebanyak 15 orang dan akan ditabuh atau disuarakan hanya saat ada Pitra Yadnya (Ngaben) serta saat pecaruan menjelang penyepian atau saat malam pengerupukan.Dirinya menambahkan, itulah beberapa potensi desa dimiliki dahulundan masih tetap ajeg dijaga dan dilestarikan oleh warga Desa Munduk Ulan.