Tampil Spektakuler, Sekaha Gong Legendaris Kerthi Budaya Wakili Badung dalam PKB ke-46

Penampilan Sekaha Gong Kerthi Budaya dalam PKB ke-46.
Penampilan Sekaha Gong Kerthi Budaya dalam PKB ke-46.

PANTAUBALI.COM, BADUNG – Kabupaten Badung kembali memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46 dengan menampilkan Sekaha Gong Kerthi Budaya dari Banjar Pengabetan, Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta.

Kelompok gong yang telah tampil dalam PKB pada tahun 1993 ini kembali menarik perhatian penonton yang berada di Art Center Denpasar, Senin (8/7/2024).

Perwakilan sanggar sekaligus kelihan Banjar Pengabetan I Ketut Wirnata menjelaskan, dalam penampilan kali ini mereka mempersembahkan empat pertunjukan yang terdiri dari dua tabuh karawitan dan dua tarian.

Pagelaran dimulai dengan Tabuh Kreasi “Ombak In Segara,” sebuah karya legendaris yang dikenal sejak tahun 1993.

Pertunjukan dilanjutkan dengan Tabuh Pat Lelambatan “Lokariya” yang diciptakan oleh I Wayan Sinti untuk PKB 1993. Nama “Lokariya” merupakan dedikasi untuk menghormati tiga tokoh karawitan Bali yang pernah menjadi guru Wayan Sinti.

Baca Juga:  Perkuat Sinergitas, Dewan Pers Dan Diskominfo Kabupaten Badung Gelar Media Literasi

“LO” adalah singkatan dari Wayan Lotring, “KA” dari I Nyoman Kaler, dan “Riya” dari I Gusti Putu Manik Griya. Selain itu, “Lokariya” juga bermakna tempat bersukaria, mengingat Kuta adalah salah satu destinasi wisata terkenal di Bali.

Pada bagian tari, penampilan dimulai dengan Tari Tani, sebuah tarian kreasi yang menggambarkan kehidupan petani di sawah.

Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Berata atas permintaan Presiden Soekarno untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-13 pada tahun 1958 di Istana Merdeka, Jakarta.

Tari Tani mengisahkan proses bertani dari menggarap sawah hingga panen dengan berbagai bagian seperti pepeson, melangsah, ngikis, dan ngembengin.

Baca Juga:  KPU Badung Temukan Tiga Kotak Suara Rusak

Pagelaran semakin memukau dengan suguhan Legong Kreasi Jempyaning Ulangan, yang menceritakan kisah asmara antara Raden Inu Kertapati dari Kerajaan Kahuripan dan Dyah Candra Kirana dari Kerajaan Daha.

Cerita ini penuh dengan konflik dan drama seputar pemberian patung emas dan perak yang memicu perselisihan antara Dyah Candra Kirana dan adiknya, Galuh Ajeng.

Wirnata menyatakan bahwa mereka terus berupaya melestarikan kesenian dan budaya Bali dengan melibatkan generasi muda melalui latihan seni setiap dua minggu sekali.

“Kami berusaha mendatangkan pembina untuk generasi muda di Banjar Pengabetan, khususnya masyarakat Kuta,” ujarnya.

Baca Juga:  Pasutri Asal India Jadi Korban Jambret di Kuta, Kalung Emas Senilai Puluhan Juta Raib

Dengan komposisi 40 persen pemain lama dan 60 persen pemain muda, mereka memodifikasi pertunjukan untuk menjaga semangat dan minat masyarakat terhadap seni dan budaya Bali.

Ketua Listibiya Kecamatan Kuta I Gusti Darma Putra menyatakan, kebanggaannya atas pementasan Duta Kabupaten Badung yang diwakili oleh Kecamatan Kuta pada ajang PKB ke-46 tahun ini.

“Penampilan tadi sungguh luar biasa, mengingatkan kita pada masa keemasan Sekaha Gong legendaris yang merupakan Duta Kabupaten Badung,” tuturnya.

Darma Putra berharap Dinas Kebudayaan dapat menelusuri kembali dan menemukan kelompok gong legendaris lainnya yang dapat menginspirasi generasi muda. (jas)